Friday, May 15, 2009

Upakara Resigana Masasapuh Balik Sumpah Wisuda Bumi



Sebagai rangkaian Karya Ngenteg Linggih dan Nubung Daging di Pura Pemaksan Kesimpar Kaler Kecamatan Abang Karangasem Bali

Dipuput dua Peranda dilaksanakan Upakara Resigana, Mesasapuh, Balik Sumpah, dan Wisuda Bumi di Pura Pemaksan Kesimpar Kaler Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem pada hari Wraspati Paing Tambir tanggal 16 Oktober 2008. Karya ini digelar serangkaian karya mapadudusan alit, Nubung Daging, dan ngenteg linggih yang akan dilaksanakan pada Buda Kliwon Matal tanggal 29 September 2008. Karya Tawur Balik Sumpah dihadiri seluruh Krama Pengempon yang berada di seluruh pelosok Indonesia.

Menurut Manggala Karya Drh. I Nengah Kerta Besung, M.Si, Tawur Balik Sumpah dilaksanakan di Jaba Pura Pemaksan dan dipuput dua sulinggih yakni Ida Pedanda Gde Made Gianyar dari Geria Kawan Buda Keling dan Ida Pedanda Gede Jelantik Manuaba dari Geria Jelantik Buda Keling. Tawur juga diisi wewalian seperti w
ayang Sidakarya, Topeng Sidakarya dan Rejang Dewa yang ditarikan anak-nak dari Krama Pengempon. Dijelaskan, bangunan Pura Pemaksan sebagai pura umum terdapat pelinggih Padmasana, Menjangan seloang, Gedong Sari, Penglurah dan pepelik, sedangkan di madya mandala terdapat Bale Gong dan Balai Pesamuan.

Mengenai rangkaian karya ngenteg linggih telah dimulai dari tanggal 18 Juni 2008 dengan upacara matur piuning, yang dilanjutkan nunas jatu Sri Sedana, mepepada, nunas tirta ke sad Kahyangan meliputi Gunung Agung, Lempuyang, Ulun Danu dan lain sebagainya. Puncak karya yang dilaksanakan pada Buda Kliwon Matal sesuai dengan tegak odalan, Ida Betara nyejer selama 11 hari dan mesineb 10 Nopember 2008. I Nengah Kerta Besung sebagai manggalaning karya mengatakan, tawur balik sumpah kali ini mengambil tingkatan utama dengan mempergunakan hewan tawur seperti kerbau, sapi, kambing, angsa, itik, asu bang bungkem medasar ayam manca warna. Dengan pembagian, ditengah dengan kerbau, di barat adalah kambing, di timur dengan sapi, di selatan asu bang bungkem dan di utara mempergunakan babi hitam, ditengah ditambah dengan angsa dan semua dasar caru adalah ayam manca warna.

Fungsi tawur ini adalah ngaturang pelaba miwah pemurna kala mangda jagate mewali rajeg (palemahan desa, Palemahan pura, sedaging jagate) tegep ajeg kejati mula ngawetuhang kerajegan Dharma wastu degdeg landuh. Disamping itu bertujuan untuk mendapatkan keseimbangan antara unsur-unsur panca maha bhuta agar masing-masing berdiri sesuai dengan swadarmanya masing-masing. Demikian juga setelah disucikan menjadi unsur purusa dan pradana akan ditingkatkan lagi agar menjadi siwa. Disini peranan sulinggih didalam mengantarkan upacara ini untuk mensucikan panca maha bhuta, setelah ini suci menjadi surya candra maka peran dari sulinggih buda dan siwa menyucikan keduanya untuk kembali keasalnya yakni Siwa Sidanta.

No comments:

Post a Comment